Pages

Wednesday 13 May 2009

ARTIKEL - MASYARAKAT KAHFI


MASYARAKAT KAHFI

Oleh:  Bpk. Ustadz Muhammad Arifin ismail
13 Mei 2009


“ Mereka (pemuda kahfi) termasuk ayat-ayat Kamiyang menakjubkan “
( QS.AlKahfi : 9 )
Kahfi dalam bahasa arab artinya gua. Dalam kitab suci Al Quran terdapat sebuah surah yang bernama surah al Kahfi. Disebut dengan surah al Kahfi sebab pada surah tersebut ada kisah tujuh orang pemuda beriman yang bersembunyi di dalam gua untuk menjaga dirinya daripada kejaran penguasa dzalim yang memaksa rakyatnya untuk melakukan penyembahan berhala. Sebenarnya dalam surah al Kahfi tersebut bukan hanya satu kisah pemuda kahfi saja, tetapi ada beberapa kisah yang dipaparkan Allah untuyk menjadi pelajaran dan pengajaran bagi umat manusia dalam membentuk suatu masyarakat, bangsa dan negara yang maju . dan besar, dan menjadi masyarakat Kahfi, yanitu masyarakat yang terjaga dan terpelihatra daripada segala bentuk faktor yang dapat merusakkan bansga tersebut seperti kekafiran, kemusyrikan, kemiskinan, kebodohan, dan kedzaliman. Masyarakat yang maju, adil dan sejahtera adalah masyarakat yang mempunyai iman yang kuat, hartawan yang berjiwa sosial, ilmu agama dan ilmu umum yang seimabnag , dan pemimpin yang adil. Inilah masyarakat Kahfi, masyarakat gua, masyarakat yang terjaga dan terpelihara. Masyarakat inilah yang harus dapat dibentuk oleh setiap masyarakat muslim, terutama jika masyarakat muslim ingin terpelihara daripada segala macam serangan baik itu serangan pemikiran, serangan budaya, maupun serangan musuh.

Kisah pertama adalah cerita tentang tujuh pemuda beriman yang diselamatkan Allah daripada raja yang dzalim dan musyrik dengan tertidur di dalam gua selama 300 tahun dan mereka terjaga kembali setelah penguasa berganti dengan penguasa yang beriman. Kisah ini memberikan pengajaran kepada kita bahwa suatu masyarakat akan terjaga daripada segala kemaksiatan dan kemusrikan jika di dalam masyarakat tersebut terdapat pemuda-pemuda beriman yang semangat dalam mempertahankan agamanya. Disini terlihat bahwa masyarakat akan terjaga dan terpelihara dari pada kemusyrikan dan kemaksiatan jika masyarakat tersebut dapat mendidik dan melahirkan generasi muda yang mempunyai semangat dan keimanan yang teguh. “ Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami akan tambahkan petunjuk kepada mereka “ ( QS. Al kahfi : 13 )

Kisah kedua adalah kisah dialog dua orang lelaki tentang harta kekayaan. Salah seorang dari mereka berbangga dengan kebunnya yang luas, sehingga dia tidak menyangka pada suatu hari semua kebunnya itu terkena musibah angin puting beliung sehingga semua pokok dan buahnya hancur disapu angin. Itulah akibat mereka yang lupa kepada Tuhan yang telah memberikan rezki kepadanya. Sedangkan orang yang kedua, harta warisan yang dimilikinya semuanya disedekahkan kepada mereka yang memerlukan,sehingga aset kekayaannya bertambah dengan nilai yang tinggi dan dapat dinikmatinya di dalam kehidupannya yang panjang di akhirat nanti. Pelajaran dari kisah ini, bahwa suatu masyarakat akan terpelihara dan baik jika di dalam masyarakat terserbut terdapat orang kaya yang dermawan, disamping anak-anak muda yang penuh semangat untuk menjaga imannya. Dari kisah inijuga dapat dilihat bahwa masyarakat yang baik adalah masyarakat yang terjaga daripada sikap hidup materialistik, mewah, boros dan kehidupan mubazir, sehingga kekayaan yang dimiliki hanya dipakai kepada sesuatu yang bermanfaat dan berguna. Sikap hidup individualistik, materialistik, konsumtif harus digantikan dengan sikap hidup yang religius, sosial, dan produktif.


Keimanan yang kuat, dan kedermawanan orang kaya di dalam masyarakat tidak cukup untuk menjadikan masyarakat itu menjadi masyarakat yang adil dan sejahtera. Masyarakat yang maju adalah masyarakat yang memiliki ilmu pengetahuan. Itulah sebabnya dalam surah al Kahfi dilanjutkan dengan kisah nabi Khidir dan nabi Musa. Nabi Khidir adalah lambing ilmu-ilmu agama yang berasal daripada wahyu, sedangkan nabi Musa adalah lambing ilmu-ilmu umum yang berasal dari observasi akal inderawi dan akal pikiran semata-mata. Masyarakat memerlukan ilmu agama yang berawal dari wahyu untuk kehidupan yang akan dating, disamping ilmu umum yang berasal dari pengamatan dan observasi. Ilmu agama yang berasal dari wahyu tidak boleh dikalahkan oleh ilmu umum yang berasal dari pengamatan akal semata, sebab dalam ilmu agama ada hal-hal yang tidak nampak oleh pengamatan tetapi mempunyai kebaikan baik diu dunia dan di akhirat nanti. Jika ilmu umum dan akal pikiran lebih tinggi daripada ilmu wahyu maka masyarakat akan menjadi masyarakat yang bebas dan liberal.. Masyarakat liberal adalah masyarakat yang menjadikan akal pikiran dan hawa nafsu tanpa mengindahkan nilai-nilai agama. Sedangkan masyarakat maju adalah masyarakat yang menjadikan agama sebagai panduan dalam aplikasi ilmu dan teknologi. Intelektual dan Emosi dipandu oleh agama dan nilai-nilai spiritual, Inilah makna daripada kisah nabi Khidir dan nabi Musa alaishisalam.

Kisah ke-empat adalah kisah penguasa yang adil Dzul Qarnain. Raja Dzul Qarnain ini adalah raja yang beriman kepada Allah, sebagaimana dinyatakan dalam kitab suci al Quran : ” Sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepadanya dimuka bumi dan Kami telah memberinya jalan dan petunjuk atas segala seuatu “. ( QS.AlKahfi : 84). Oleh sebab itu Dzul Qarnain itu bukanlah Alexander The Great ( Islaknadr Dzulkarnaen) aja Romawi, anak dari Raja Philips dan murid daripada Aristotles, sebagaimana yang dianggap oleh sebgaian besar kaum muslimin selama ini, sebab Alexander bukanlah raja yang beriman kepada Allah sedangkan Dzul Qarnain adalah raja yang beriman kepada Allah, dan percaya dengan hari kemudian. ( QS.Alkahfi :98) dan juga percaya adanya balasan yang baik di akhirat nanti bagi mereka yang beriman dan beramal saleh ( QS. Al kahfi : 88 ) sedangkan Alexander The great ( iskandar yang Agung) raja Romawi adalah penyembah berhala, percaya kepada takhayul, sehingga sejarawan muslim yang terkenal yaitu Abu Raihan al Biruni dalam kitabnya “ Al Mawa’idz wal I’tibar “menyatakan bahwa DzulQarnain itu bukanlah Islkndar yang menjadi raja Romawi.

Keadilan Dzul Qarnain dinyatakanoleh al Quran : “ Adapun orang yang dzalim, maka kamiakan menghukumnya, dan dia akan dikembalikan kepada Tuhannya, lalu Tuhan akan mengazabnya dengan azab yang tidak ada bandinganhnya “ ( QS. Kahfi : 87 ). Dalam ayat ini terlihat jelas bahwa kepemimpinan Dzul Qarnainadalah dengan memberikan perlindungan yang adil kepada rakyat dan masyarakat dengan cara menegakkan hukum yang keras kepada mereka yang melanggar hukum. Dari ayat ini dapat disimpulkan bahwa tugas utama seorang pemimpin yang adil adalah menindak tegas setiap rakyat yang melanggar hukum.Hukum itu adalalah hukum yang sesuai dengan hukum Allah, oleh sebab itu ayat ini menyatakan bahwa Dzul Qarnain akan menghukumsiapa sajayang bersalah dan kemudian urusannya diserahkan kepada Tuhan di akhirat nanti. Inilah tugas seorang pemimpin dengan memnegakkan keadilan sesuai dengan hukum Allah.



Sifat kedua kepemimpinan Dzul Qarnain adalah memberikan kesejahteraan ekonomi, sebaagimana dijelaskan dalam ayat : “ Hingga telah sampai kematahari terbit dan mendapati matahari itu menyinari segolonganumat yang tidak mempunyai pelindung dari cahaya matahari “ ( QS. Al Kahfi : 90). Dzul Qarnain menjumpai masyarakat yang tidak memiliki baju, sebab kemiskinan yang mereka alami. Melihat hal demikian,Dzul Qarnain memberikan perhatian dengan menjadikan mereka menjadi masyarakat yang sejahtera “ Demikianlah dan sesungguhnya Kami meliputi segala apa yang ada padanya “ ( QS. Alkahfi : 91 ). Ayat ini menyatakan bahwa Dzul Qarnain dapat mengatasi masalah kemiskinan mereka dengan ilmu dan petunjukyang diberikan Allah kepadanya.

Sifat ketiga pemimpin yang adil adalah memberikan keamanan daripada serangan musuh dengan memperkuat teknologi pertahanan dan persenjataan. “ Mererka berkata hai dzulQarnain, susungguhnya Ya’jud dan Ma’jud membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kamu membuatkan dinding untukmenahan mereka “( QS. Al Kahfi : 94 ). Dzul Qarnain menjaga keamanan rakyat yang meminta tolong dari serangan Ya’jud dan ma’jud dengan membuat sebuah tembok besi yang tinggi yang terdapat diantara dua gunung. Darikisah DzulQatnain tersebut dapat dilihat bahwa cirri pemimpin yang adil adalah menegakkan supremasi hukum, memberikan kesejahteraan ekonomi, dan memberikan keamanan dan kedamaian bagi rakyatnya.

Jika suatu masyarakat memiliki generasi mudan yang kuat danberiman, dismaping kedermawanan orang-orang kaya dan konglomerat, ditambah lagi dengan penguasaan ilmuagama yang memandu ilmu umum, dan keadilan pemimpin sebagaimana yang ditunjukkan oleh kepemimpinan Dzul Qarnain, barulah masyarakat itu menjadi masyarakat yang maju, masyarakat kahfi, masyarakat yang dapat terpelihara daripada kemiskinan, terpelihara daripada kebodohan, dan terpelihara daruipada kedzaliman, dan gangguan sebagaimana yang dikisahkan oleh surah al Kahfi. Semoga bangsa kita dapat memiliki pemimpin seperti dzul Qarnain. Fa’tabiru ya ulil albab. ( Buletin Jumat ISTAID – Medan / Muhammad Arifin ismail ,Kuala Lumpur, 13 Mei 2009 )

Monday 6 April 2009

ARTIKEL - Amanah dan tanggung jawab


AMANAH DAN TANGGUNG JAWAB

Ustadz Arifin Ismail
6 April 2009

“Sesungguhnya Allah akan bertanya kepada setiap pemimpin apakah dia telah menjaga kepemimpinannya atau mensia-siakannya “ ( hadis riwayat Ibnu hibban)

Menurut hadis dari Ibnu Asakir daripada Salim bin Abdullah bin Umar menyatakan bahwa tatkala Khalifah Abubakar Siddiq hampir menemui ajalnya, maka beliau memberikan wasiat : “ Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang..Ini adalah sumpah dari Abubakar di waktu saat-saat terakhir dari kehidupan dunia dan disaat awal dari kehidupan akhirat ( sebelum kematian dating ) dimana orang seorang yang kafir dapat berubah menjadi seorang yang beriman, seorang yang jahat dapat berubah menjadi orang yang bertaqwa, dan seorang yang berdusta dapat berubah menjadi orang yang berkata benar. Sesungguhnya aku melantik Umar bin Khattab sebagai khalifah selepasku, maka sekiranya beliau melakukan keadilan, maka itu sebagaimana yang aku harapkan; dan sekiranya dia melakukan kejahatan maka ia akan bertanggungjawab ke atasnya. Aku hanya inginkan kebaikan sebagaimana yang aku harapkan darinya dan aku tidak mengetahui yang ghaib “.

Kemudian Abubakar memanggil Umar bin Khattab dan berkata : “ Wahai Umar, orang yang marah akan menunjukkan kemarahannya kepadamu dan orang yang kash kepadamu akan mengasihimu. Ketahuilah bahwa telah menjadi suatu kebiasaan sejak sekian lama dimana kebaikan akan ditentang dan kejahatan akan disukai “. Mendengar ucapan demikian Umar menjawab : “ Kalau demikian, aku tidak berhasrat dengan jabatan khalifah tersebut “. Abubakar langsung berkata : “ Tetapi jabatan khalifah tersebut memerlukan kamu. Sesungguhnya kamu telah melihat Rasulullah saw melaksanakan amanah dan tanggungjawab kekhalifahan dan kamu telah mendampingi belia. Kamu telah melihat bagaimana Rasulullah lebih diutamakan daripada diri kami sendiri, sehingga kami akan menyerahkan kepada ahli keluarganya sebgaian dari hadiah yang beliau berikan kepada kami. Dan kamu telah mendampingiku dalam menjalankan khalifah ini. Sesungguhnya aku hanya mengikuti orang sebelumku ( rasululah ). Demi Allah, aku tidak berkata kepadamu mengenai suatu mimpi, tidak juga suatu igauan, dan sesungguhnya aku tidak berada di atas jalan yang sesat. Ketahuilah wahai Umar, sesungguhnya terdapat kewajiban kita kepada Allah ( berupa amanah yang harus kita laksanakan langsung ), dimana Dia tidak menerimanya jika hal tersebut di waktu siang dan juga ada tugas dan kewajiban di waktu siang dimana Dia tidak akan menerimanya di waktu malam. “.

Abukara melanjutkan “ Dan ingatlah bahwa mizan ( timbangan amal di hari akhirat nanti ))akan berat pada padang mahsyar nanti jika kita benar-benar mengikuti cara mereka yang terdahulu ( Rasulullah ) dan menjadi kewajiban kepada mizan untuk menjadi berat jika di dalamnya terdapat perbuatan yang benar( hak). Dan sesungguhnya aku takut jika mizan itu nanti menjadi ringan lantaran mereka (penguasa) mengikuti cara-cara yang salah (batil), dan menjadi kewajiban atas mizan untuk menjadi ringan jika di dalam mizan itu terdapat perkara yang batil. Orang yang pertama aku peringatkan adalah dirimu dan aku memperingatkan dirimu agar menjauhkan diri dari manusia yang memandang kepada kebendaan yang memuaskan hawa nafsu dimana mereka mempunyai pilihan untuk mengelakkan diri dari tergelincir ked lam hawa nafsu tersebut. Hendaklah kamu memelihara diri kamu dari tergelincir lantaran mereka akan tetap takut kepadamu selagi kamu takut kepada Allah. Inilah wasiatku dan aku ucapkan selamat kepadamu “.

Menurut hadis yang diriwayatkan oleh Thabrani, daripada AlGhar bin Malik menyatakan bahwa tatkala Abubakar ingin melantik Umar bin Khattab sebagai khalifah, maka beliau mengirim utusan untuk memanggil Umar dan berkata kepadanya : Wahai Umar, aku mengajak kamu kepada suatu tanggung jawab yang meletihkan bagi orang yang memegangnya. Maka takutlah kepada Allah dengan mentaati segala perintahNya dan dengan bertaqwa kepadaNya.karena sesungguhnya taqwa itu adalah pelindung dari segala dosa. Sesungguhnya jabatan dan tanggungjawab ini hanya dapat dipegang oleh mereka yang melaksanakan tanggungjawabnya. Barangsiapa yang menyuruh melakukan kebaikan tetapi ia sendiri melakukan kejahatan dan barangsiapa yang menyuruh melakukan hal yang makruf tetapi dia sendiri melakukan kemaksiatan dan kemungkaran, maka dia akan kehilangan ganjaran dan segala amalnya akan batal. Maka sekiranya engkau mengurus urusan rakyat maka hendaklah kamu berusaha untuk mengelak daripada sesuatu yang daapt menumpahkan darah dan kamu harus menjauhkan perut kamu daripada tamak kepada harta benda mereka. Begitu juga hendaklah kamu menjaga lidah daripada menghina kehormatan rakyat, dan lakukanlah tanggungjawab tersebut dan tiada kekuatan melainkan pertolongan daripada Allah “.

Demikianlah beberapa wsiat yang disampaikan oleh Abubakar kepada Umar bin Khattab sewaktu Umar dilantik menjadi khalifah, sehingga sejarah telah membuktikan bagaimana Umar dapat menjalankan tugas dan tanggungjawab dengan sebenar-benarnya. Sejarah membuktikan bagaimana Umar bin Khattab selalu berjalan di tengah malam hanya untuk melihat apakah di sudut-sudut wilayah kekuasaanya ada orang yang masih menderita, sehingga suatu malam dia mendengar rintihan sebuah keluartga yang miskin tidak mempunyai apa-apa, maka dengan segera dia membawa sendiri karung gandum untuk menolong rakyatnya tersebut. Umar juga berusaha untuk melaksanakan keadilan sehingga sejarah mencatat sewaktu Umar bin Khattab berjalan bersama pembantunya dengan mengenderai satu ekor unta menuju bumi Palestina untuk mengambil kunci baitul Maqdis, maka beliau membagi waktu yang adil dengan pembantunya dalam menaiki kenderaan. Jika khalifah diatas, maka pembantu berjalan mengiringi khalifah, dan jika pembantu diatas kenderaan, maka khalifah berjalan mengiringi pembantunya. Sehingga sewaktu mereka sampai ke Baitul maqdis, maka para penjemput Khalifah tidak mengetahui yang mana khalifah sebenarnya, sebab pada waktu itu Khalifah Umar berjalan kaki mengiringi unta khalifah yang sedang ditunggangi oleh pembantunya. Penjemput khalifah Umar juga tidak dapat membedakan mereka sebab pakaian khalifah sama dengan pakaian pembantunya. Umar melakukan hal demikian sebab dia tidak ingin mendzalimi pembantunya dan juga tidak ingin mendzalimi untanya. Sedangkan zuhudnya Umar telah terbukti pada waktu kekhalifahan Islam terbuka ditangannya dengan penaklukan seluruh semenanjung Arab dan berlimpahnya harta kekayaan Negara, tetapi Umar tetap hidup dengan sederhana, sehingga sejarah menyatakan bahwa khalifah Umar setiap kali makan maka beliau hanya makan roti keras dengan minyak samin, dan hanya memakan delapan kali suap.

Begitu takutnya Umar bin Khattab dengan amanah yang dipegang sehingga beliau pernah berkata : “ Seandainya ada seekor unta yang masuk ke suatu lobang di tengah jalan kota Baghdad , maka aku akan bertangungjawa dan akan ditanya oleh Allah Taala pada hari ki8amat nanti “. Bayangkan , khalifah Umar bin Khattab mengurus pemerintahannya dari kota madinah, tetapi kekhalifahannya sampai ke kota Baghdad, dan dia merasa jika ada seekor unta yang terperosok ke dalam lobang di jalan-jalan kota Baghdad, maka nanti walaupun dia berada di madinah, Allah juga akan mempertanyakan tugasnya dan menghukum keteledorannya sebab tidak mengetahuii ada lobahng di kota Baghdad yang telah mencederakan seekor unta. Begitulah keadaan seorang muslim yang merasa bertanggungjawab atas segala amanah yang diterimanya dengan menduduki jabatan khalifah, bagaimana dengan muslim hari ini yang menang dalam pilihan umum dan menduduki jabatan menjadi anggta dewan perwakilan rakyat ? Jika umar yang telah dijamin surga masih takut disoal Allah tentang unta yang masuk ke lobang, bagaimana pertanyaan Allah kepada wakil rakyat yang megaku mewakili rakyat ? Selamat memasuki dewan dan bersiap-siaplah ditanya oleh Allah di hari kemudian kelak. Fa’tabiru ya ulil albab. ( Muhammad Arifin Ismail )