YAYASAN PEDULI UMAT
TEMANGGUNG
d/h Forum Peduli Umat, berdiri sejak 26
Desember 1999
Akta Notaris Mursidi SH, No. 26, Tanggal 20 Desember 2012.
Timur Masjid Al-Jihad, Jalan Kartini, Bendo
Atas RT 02 RW 02 No.17
Kertosari Temangung 56217 Jawa Tengah.
Telp. 081229575151
======================================================================
Perihal : Permohonan
bantuan pertolongan untuk Muslim Temanggung,
2 April 2013.
Di Pulau Kera
Kupang NTT.
Kepada
Yth. Bapak Muhammad
Hariyadi Nasution SH MH,
Ketua Pusat HAM
Umat Islam (PUSHAMI)
Gedung Darul
Aitam, Jalan KH Mas Mansur No. 47 C
Jakarta Pusat
Assalamu’alaikum
Warohmatullah Wabarokatuh,
Kami berdoa semoga Bapak dan semua staf selalu dalam
hidayah, perlindungan dan pertolongan Allah SWT dalam tugas berat membela
hak-hak umat Islam, amiin.
Sebelumnya, kami perkenalkan diri bahwa kami adalah
lembaga swadaya masyarakat/lembaga Dakwah islam yang dahulu bernama Forum
Peduli Umat, berdiri sejak Desember 1999, berkedudukan di Temanggung Jawa
Tengah. Salah satu kegiatan Dakwah kami adalah membantu gerak Dakwah para Da’i
diseluruh nusantara, dimana kami mampu, meskipun pendanaan dan kemampuan sarana
kami amat terbatas. Alhamdulillah, kami sudah membantu para Da’i yang tugas
Dakwah di Meulaboh Aceh sampai dengan di Wamena Jayawijaya Papua.
Ijinkan kami menyampaikan beberapa hal berkenaan dengan
silaturahmi kami kepada umat Islam di Pulau Kera Kabupaten Kupang Propinsi Nusa
Tenggara Timur, pada 28 Maret s.d 1 April 2013, sebagai berikut;
1.
Kunjungan kami ke
Pulau Kera, adalah atas rekomendasi Ustadz Bambang Subagyo Redaktur Pelaksana
Majalah Suara Hidayatulloh Surabaya, yang pernah meliput kegiatan Dakwah yang
dilaksanakan oleh tiga pemuda yaitu Sdr. Manda dan Sdr. Firdaus (dari Pesantren
Abu Hurairah, Sapeken Madura) dan Sdr. Robith, asal Temanggung Jawa Tengah,
alumni Sekolah Tinggi Dakwah Islam Muhammad Natsir, Jakarta. Yanag ditugaskan
oleh Dewan Dakwah Islam Indonesia (DDII) untuk berdakwah di Pulau Kera. Kami
lampirkan file tentang kegiatan ketiga pemuda tersebut.
2.
Kunjungan kami
adalah atas inisiatif dan biaya sendiri, tidak menunggu di undang, karena kami
tidak ingin membebani tuan rumah, yang sudah sangat berat memikul beban Dakwah
di daerah kepulauan di Nusa Tenggara Timur. Kami datang untuk silaturahmi,
mempererat persaudaraan sesama Muslim baik dengan para Da’i ataupun juga umat
Islam khususnya di Pulau Kera dan umumnya kaum Muslimin di Kupang NTT.
3.
Kami berangkat
pada 28 Maret 2013, oleh Ustadz Muhammad Ramli/Dai DDII dan Ustadz Siaful
Bahri/Da’i Hidayatulloh, langsung diantar ke Pulau kera setelah sholat dzuhur.
Dengan permintaan agar menginap semalam saja, setelah tugas khotib Jum’at maka
hendaklah kembali ke Kota Kupang, karena ada beberapa agenda kegiatan pembinaan
para santri an Da’i di pondok pesantren Hidayatullah Batakte Kupang. Atas
pertimbangan untuk kemanfaatan silaturahmi kami maka Permintaan tersebut
diterima dnegan berat hati oleh Para Da’i dan umat Islam Pulau Kera, karena
sesungguhnya kami sendiri ingin tinggal selama tiga hari.
4.
Sore, 28 Maret 2013,
kami bersilaturohmi dengan para pemuda dan anak-anak Muslim, Subhanallah mereka
begitu antusias, hormat dan santun terhadap tamunya. Walau pun menurut
informasi, mereka kurang bahkan tidak mendapatkan hak atas pendidikan formal dari pemerintah namun orangtuanya sangat ketat
mendidik akhlaq pada anak-anak mereka.
5.
Menjelang Maghrib,
kami berbincang-bincang dengan Bapak Tua Nasseng Rabana, sesepuh dan tokoh
tertua Muslimin suku Bajo. Beliau sudah berusia 74 tahun, dan Kakeknya sudah
tinggal di Pulau kera sejak tahun 1911.
6.
Malam tidak dapat
melanjutkan aktifitas, setelah sholat maghrib dan isya, maka kami hanya
mengamati kehidupan malam yang tanpa penerangan listrik. Sunyi dan gelap!
7.
Pagi, 29 Maret
2013, kembali kami berbincang panjang lebar dengan Bapak Tua Nasseng Rabana.
Beliau menyampaikan beberapa hal, yang intinya:
7.1. Sebagai sesepuh masyarakat Muslim Bajo, beliau sangat
berterima kasih atas kunjungan kami dan beliau sangat terenyuh ketika kami
adalah tamu langka bagi beliau dan umat Islam Bajo do Pulau Kera, karena
bersedia menginap. Selama ini, tamu datang, selesai acara dan makan ya terus
pamit pulang. Amat sangat jarang yang sudi bermalam di Pulau kera.
7.2.Memohon perhatian kami agar menyampaikan derita pnajnag
suku Muslim Bajo, kepada siapapun lembaga Dakwah yang berkenan ikut menyuarakan
dan memperjuangkan hak-hak umat Islam Suku Bajo.
7.3.Karena usia-nya sudah menjelang ajal (74 tahun) maka
harapan paling dalam Bapak Tua Nasseng Rabana adalah:
7.3.1.
Agar jangan
satupun warga Muslim Bajo ada yang ganti agama/Murtad. Hal ini amat kritis
karena seiring perubahan zaman dan gelobalisasi, maka sangat beliau cemaskan
posisi lemahnya ilmu dan aqidah warganya sehingga, mereka akan begitu mudahnya
diajak meninggalkan Islam akibat kebodohan yang selama ini membelenggu kehidupan
mereka para Muslim suku Bajo di Pulau Kera.
7.3.2.
Walau nyaris
seluruh penduduk suku Bajo di Paulau Kera adalah buta huruf, maka, kami dimohon
agar mengirim Da’i/Guru yang berkenan mengajar baca Alqur’an supaya jangan
sampai buta huruf terjadi generai tua, muda dan anak-anak Muslim suku Bajo.
7.3.3.
Meneruskan
pembangunan Masjid dan Madrasah, karena Masjid harus dipertahankan walau harus
beliau pertaruhkan nyawanya. Mengingat sudah berkali-kali ada upaya dan
perintah membongkar Masjid dan Madrasah. Bagi bapak nasseng, Masjid adalah
tempat ibadah dan madrasah adalah untuk mendidik dan mencerdaskan warga Muslim
Bajo, khususnya anak-anak mereka yang selama ini hak pendidikan mereka justru
diabaikan oleh pemerintahnya.
7.4.Permasalahan suku Bajo; dari 89 Kepala Keluarga, sekitar
350 jiwa, mereka tidak satupun yang memiliki KTP.
7.5.Tidak ada fasilitas air bersih, air diperoleh dari sumur
tinggalan sejak jaman belanda, jika musin barat air pun asin sehingga untuk
makan dan minum harus berupaya ekstra keras, mendatangkan dari kota Kupang
dengan harga yang amat sangat mahal! Satu sumur di barat masjid, jika air laut
surut maka sumur pun kering. Sebagaimana ketika kami rasakan sendiri, ketika
pagi itu hujan deras, Alhamdulillah air hujan meresap dan sumur pun muncul air
namun waktu menjelang sholat Jum’at air pun sudah menghilang.
7.6.Tidak ada fasilitas kesehatan, jangankan pelayanan
kesehatan permanen sedangkan kunjungan bidan atau tenaga kesehatan dari
pemerintah pun tidak ada.
7.7.Rumah-rumah penduduk Pulau Kera, sungguh amat sangat menyedihkan.
Untuk membuat satu rtumah gubug (mereka sebut pondok) mereka harus menunggu
musim barat datang, memungut kayu-kayu bekas yang terdampar di pantai. Karena
untuk membeli material bahan bangunan di Kota Kupang, mereka tidak diijinkan
oileh pihak pemerintah/admimistratur pelabuhan Kupang. Sehingga untuk membuat
satu rumah gubug, mereka perlu sampai 2 atau 3 kali muslim barat, dan atapnya
pun jika bulan dari terpal, maka dibuat dari daun nipah atau seng bekas yang
jika hujan jadi bocor.
7.8.Dan banyak lagi, yang disampaikan oleh Bapak Tua Nasseng
yang kami dokumenkan dalam rekaman suara pembicaraan kami dengan beliau.
8.
Ketika akan sholat
Jum’at kami dapati air masuk ke masjid, akibat seng-seng bekas yang sudah
bocor. Kami sholat diatas air, bukan karena kami dan jamaah yang ”sakti” tetapi
karena lantai masjid berair dan tidak ada lagi tempat untuk menunaikan ibadah
sholat Jum’at.
9.
Usai Jum’at, kami
disarankan agar segera pulang ke Kota Kupang diantar Bapak Rustam dan beberapa
warga Bajo, karena menurut mereka, sebentar lagi air laut akan surut.
10. Kami merasa sangat malu jika hanya berpangku-tangan,
bungkam tak mau membantu dan bersuara untuk sedikit meringankan beban sesama
Muslim di Pulau Kera tersebut diatas.
Tiba di Kupang, kami dibawa ke Masjid Agung Kupang/Panti
Asuhan Nur Sa’adah Jalan Soekarno, Kota Kupang. Atas permintaan Da’i
Hidayatullah, kami langsung dihantar ke kampus Pondok pesantren Hidayatulloh di
Batakte, Kabupaten Kupang. Aktifitas kami berikutnya aalah memberikan ceramah
secara bergantian tentang Hak asani manusia dalam Islam, kepada para santri
kampus putri, para santri kampus putra, kepada para pengurus Hidayatullah
Propinsi NTT dan kepada para Muslimah serta mahasiswa binaan Hidayatulloh.
Pada 31 April 2013, kami diajak Ustadz Ramli dan Ustadz
Abdullah Said Sagran (Pengurus Majelis Ulama Indonesia Propinsi NTT yang juga
pengurus Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia NTT) ke Pulau Selamo, guna
silaturahmi dan langsung merasakan sekelumit kehidupan Muslim Bajo di wilayah
padat penduduk tersebut. Yang paling mendesak adalah perihal air dan Guru
Mebaca Alkqur’an untuk warga tua. Laporan sowan kami ke Selamo, kami lampirkan
dalam fiel terpisah.
Kembali dari Selamo, maka atas musyawarah dan
saran-saran; 1. Ustadz Abdullah Said Sagran/MUI dan DDII, 2. Ustadz Muhammad
Ramli/DDII, Ustadz Siaful Bahri, ustadz Usman Mamang dan Ustadz
Nurdin/Hidayatulloh dan Ustadz Robith/Da’i di Pulau Kera, kami ditugaskan untuk
ke Jakarta guna menyuarakan problema Dakwah dan masalah kehidupan Muslim Bajo
di pulau Kera Kupang NTT, yang sampai kini belum mendapat hak-hak yang
sewajarnya sebagai warga negara Republik Indonesia.
Sebenarnya kami amat sangat ingin melanjutkan Silaturahmi
kepada para Da’i di Timor Leste, dan juga saran ustadz Abdullah Sagran agar
kami juga menyempatkan silaturahmi kepada umat islam di berbagai wilayah
kepulauan NTT, namun kami fokuskan bahwa kunjungan ini adalah untuk misi
pertolongan atas para Muslim Bajo di Pulau Kera dan tindak lanjut aktifitas
Dakwah membina umat bersama para Da’i diatas. Sebagai komintem kami untuk terus
menjaga silaturahmi dan membantu meski sebatas kemampuan kami yang minim maka,
Insya Allah tanggal 4 April 2013 akan kami berangkatkan Ustadz Surawan guna
mengajar Alqur’an kepada para muslimin usia lanjut dengan metode ciptaanya,
yang insya Allah jugan akan dibuat Training of Trainer (TOT) di Kupang selama
kehadiran Ustadz Surawan, agar umat Islam lebih mudah mendapatkan metode dalam
membaca Alqur’annya.
Dari pengamatan dan pengalaman kami dilapangan, meskipun
laporan kami masih belum standar dan jauh dari kesempurnaan maka kami meneruskan
pengharapan nan amat sangat dalam dari Bapak Nasseng rabana dan Warga Muslim
Bajo, juga para Da’i diatas, kami memohon kepada Bapak agar PUSHAMI berkenan
memberi advokasi hukum dan Hak Asasi Manusia kepada warga Muslim Bajo di pulau
Kera. Bersama ini kami lampirkan beberapa file dan suara rekaman Bapak Nasseng
untuk menjadi perhatian dan segera ditindak-lanjuti oleh Pusat HAM Umat Islam.
Dalam hal kebijakan pemerintah, memang kami masih terlalu
awam namun yang menjadi keprihatinan kami yang paling dalam adalah:
1.
Bagaimanapun juga
Muslimin Bajo sudah tinggal di Plau Kera Kabupaten Kupang NTT, sejak 1911 namun
mengapa sampai detik ini warganya masih juga tidak diberi KTP.
2.
Tetapi jika ada
Pemilu atau Pilkada, mereka harus memberikan hak pilihnya.
3.
Mengapa mereka
tidak boleh membangun bangunan permanan sehingga masjid dilarang?
4.
Mengapa hak
pendidikan warga Muslim Bajo, begitu mudah diabaikan? Bahkan ketika sudah
dididikan Madrasah pun dipermasalahkan, padahal bukankah hak seluruh warga
negara Indonesia untuk mendapatkan pendidikan dan hidup cerdas?
Untuk memudahkan komunikasi, kami cantumkan nomer HP para
contact person:
1.
Ustadz Abdullah
Said Sagran, 081239405560.
2.
Ustadz Muhammad
Ramli, 085239045100
3.
Ustadz Saiful
Bahri, 081339412564
4.
Ustadz Robith,
085743354488.
Demikian harapan dan permohonan kami, kehadiran Bapak
kami tunggu di Pulau Kera dan atas dukungan serta bantuan Bapak, kami haturkan
banyak terima kasih, jazakumullah ahsanal jazaa.
Wassalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh.
Hormat kami,
Waris Fakhruddin SHI MSI.
Ketua
Tembusan dikirim kepada Yth;
1.
Bapak Ketua
Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat
2.
Bapak Ketua DDII
Pusat
3.
Bapak Ketua DPP
Hidayatulloh
4.
Bapak Ketua MUI
Propinsi NTT
5.
Bapak Ketua DDII
Propinsi NTT
6.
Bapak Ketua DPW
Hidayatulloh Propinsi NTT
7.
Bapak Bupati
Temanggung
8.
Bapak Ka.Kantor
Kemenag Kabupaten Temanggung.
9.
Bapak Ketua MUI
Temanggung
10. Bapak Ketua DDII Kabupaten Temanggung Jateng
11. Bapak Pimred Suara Hidayatullah di Surabaya.
12. Lembaga/Organisasi Dakwah Islam.
No comments:
Post a Comment